Jumat, 29 Mei 2015

Evaluasi Pembelajaran Bnetuk Tes Essay



PEMBAHASAN

A.    Tes Bentuk Essay
1.      Pengertian
Tes bentuk essay adalah butir soal yang mengandung pertanyaan atau tugas yang jawaban atau pengerjaan soal tersebut harus dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran peserta tes (Widoyoko, 2009). Tes essay dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu essay terbatas (restricted respons items) dan essay bebas (extended respons items). Tes essay tersebut dibedakan berdasarkan luas sempitnya materi yang ditanyakan. Pada tes essay bebas (extended respons items) peserta dapat mengemukakan pendapat sesui dengan kemampuan mereka tanpa ada batasan-batasan dari pembuat soal, sehingga jawaban setiap peserta akan berbada satu sama lain. Namun, pembuat soal harus tetap mempunyai acuan pengoreksi jawaban peserta.
Contoh:
a.       Bagaimana peranan pupuk kompos dalam pertanian?
b.      Bagaimana peranan komputer dalam dunia pendidikan?
Pada tes essay terbatas (restricted respons) peserta dapat dengan bebas mengemukakan pendapat mereka, namun harus ada pokok penting yang terkandung dalam jawabannya sesuai dengan batas-batas yang telah ditentukan dan dikehendaki dalam soal. Bentuk essay terbaatas ini dapat dipergunakan untuk menguji kemampuan sebab-akibat, menggambarkan prinsip-prinsip, mengajukan argumentasi yang relevan, merumuskan hipotesis yang tepat, merumuskan asumsi yang tepat, menggambarkan keterbatasan data, merumuskan kesimpulan yang tepat, menjelaskan metode dan prosedur, dan hal-hal yang sejenis. Apabila disimpulkan soal essay terbatas dapat menilai kemampuan-kemampuan peserta yang kompleks.
Contoh:
a.       Jelaskan bagaimana cara mancangkok tanaman!
b.      Sebutkan komponen yang terdapat untuk mengoperasikan komputer!
Depdikbud sering menyebutkan bentuk-bentuk tes essay dengan sebutan lain, yaitu :Bentuk Essay Objektif (BOU) dan Bentuk Essay Non Objektif (BUNO). BOU dan BUNO merupakan bagian dari bentuk tes essay terbatas. Penggelompokkan yang dilakukan oleh Depdikbud berdasarakan pada pendekatan atau cara pemberian skor. Pada BOU rumusan jawabannya lebih pasti sehingga dapat dilakukan penskoran secara objektif. Jawaban yang benar dapat diberi skor 1 dan yang salah atau tidak dijawab mendapat skor 0. Pada satu rumusan jawaban terdapat beberapa kata kunci sehingga nilai maksimar skor dapat lebih dari satu. Kata kunci dapat berupa apa saja seperti kalimat, kata, gambar, dan angka. Berikut adalah langkah-langkah pemberian skor soal bentuk essay objektif:
a.       Tuliskan kata kunci atau kemungkinana jawaban benar secara jelas untuk setiap soal.
b.      Beri skor 1 untuk jawaban yang benar sempurna dan tidak ada pemberian skor setengah untuk jawaban yang kurang sempurna.
c.       Apabila pertanyaan terdiri dari beberapa subpertanyaan, perincilah kata kunci dari setiap jawaban soal tersebut menjadi beberapa kata kunci subjawaban dan buatkan skornya.
d.      Jumlahkan skor dari semua kata kunci yang telah ditetapkan pada soal tersebut. Hasil penjumlahan skor ini disebut skor maksimum.
Contoh:
Indikator         : Menuliskan keuntungan adanya pembangunan kenampakan
buatan bagi masyarakat
Soal: Sebutkan tujuan dan 4 manfaat adanya pembangunan waduk!
Langkah penskoran:
1.      Tujuan waduk = menampung air sungai                     = 1
2.      Manfaat           = pengendali banjir                             = 4
= rigasi lahan pertanian
= pembangkit listrik
= pahan baku air minum
= perikanan
3.      Skor maksimum                                                          =5
Bentuk Essay Non Objektif (BUNO) mempunyai struktur perumusan jawaban yang sama dengan essay bebas sehingga memungkinkan terdapat unsur subjektivitas. Bentuk ini dapat menilai hasil belajar siswa yang berupa kemampuan menghasilkan, menyusun dan menyatakan ide-ide,  memadukan berbagai hasil belajar, mendesain sebuah eksperimen, dan menilai arti makna sebuah ide. Pada ,odel ini penskoran dijabarkan dengan menggunakan rentang. Rentangnya skor ditetapkan berdasarkan kompleksitas jawaban. Skor mininal untuk peserta yang tidak menjawab adalah 0, sedangkan skor maksimum ditantukan oleh penyusunan soal dan jawaban yang runtut dalam soal tersebut.
Langkah-langkah penskoran sebagai berikut:
a.       Menuliskan garis besar jawaban sebagai kriteria jawaban untuk dijadikan pegangan dalam pemberian skor.
b.      Menetapkan rentang skor untuk setiap kriteria jawaban.
c.       Pemberian skor tergantung pada kualitas jawaban yang diberikan oleh peserta
d.      Jumlahkan skor yang diperoleh dari setiap kriteria jawaban.
e.       Periksalah soal setiap nomor sebelum beralih kenomor yang lain untuk menghindari pemberian skor berbeda untuk jawaban yang sama.
f.       Setelah semua butir soal mendapatkan skor hitunglah skor yang diperoleh peserta, kemudian hitung nilai dengan rumus:
Nilai tiap soal = skor perolehan peserta didik  x bobot soal
                         Skor maksimum tiap butir soal
g.      Jumlahkan nilai semua soal. Jumlah nilai ini disebut nilai akhir suatu perangkat tes yang diberikan.

Contoh:
Indikator: menjelaskan alasan yang membuat kita harus menghormati keragaman diIndonesia
Soal: Jelaskan alasan yang membuat kita harus menghormati keragaman di Indonesia!

Krieria:
1.      Kebanggaan yang berkaitan dengan keragaman suku bangsa=          0-5
2.      Kebanggaan yang berkaitan dengan keragaman suku budaya=         0-5
3.      Skor maksimum                                                                      =         10
Guna meningkatkan objektivitas dapat digunakan beberapa langkah berikut
1.      Harus diingat kembali prinsip-prinsip penyusunan tes dan langkah-langkah pengembangan tes secara umum
2.      Guru harus mempunyai gambaran terhadap kedalaman, lingkup, dan perincian materi yang mungkin diberikan kepada peserta didik agar menghindari kerancuan soal dan dapat mempermudah penskoran.
3.      Setelah membuat soal guru harus segera membuat kunci jawaban dan pedoman penskoran. Pedoman penskoran terdiri dari:
a.       Batasan atau kata kunci
b.      Kriteria jawaban
4.      Semua identitas peserta didik harus disembunyikan bahkan bila perlu diganti dengan kode yang tidak mencirikan peserta didik tersebut.
5.      Jauhkan hal-hal yang dapat mempengaruhi subjektivitas pemberian skor seperti kerapian, tulisan/huruf, ukuran kerta dan lain-lain.
Ditinjau dari tingkah laku siswa dalam mengerjakan tes karangan ini, terdapat ciri-ciri tes karangan: siswa mengorganisasikan jawaban sendiri secara bebas sesuai dengan kemampuannya; mengorganisasikan jawaban sendiri dengan mempergunakan bahasa dan corak mengarangnya sendiri; menjawab sejumlah kecil soal atau pertanyaan; dan siswa memproduksikan jawaban tes karangan secara berbeda-beda atas mutu suatu jawaban yang dituntut.
Berikut ini akan dibahas masing-masing dari ciri tes karangan.
1.      Siswa mengorganisasikan jawaban sendiri secara bebas sesuai dengan kemampuannya.
Dalam mengorganisasikan jawaban tes karangan, siswa diberi kesempatan secara bebas menunjukkan ketepatan jawaban dengan isi pertanyaannya, kelogisan, kejelasan, kelengkapan, keaslian jawaban yang dihasilkannya. Ciri khas jawaban siswa sangat ditentukan oleh kemampuan belajarnya dalam mengorganisasikan jawaban. Hal ini berarti juga bahwa siswa dituntut untuk memberikan jawaban yang tidak hanya sekedar mengenal kembali atau mereproduksikan bahan yang dipelajari, namun memproduksikan bahan tersebut (tidak hanya sekedar melalui ingatan bebas jenis mereproduksikan, tetapi juga kemampuan berfikir). Oleh karena itu bahan yang dipelajari harus benar-benar dikuasai secara penuh dan tuntas yang melibatkan fungsi psikis lainnya seperti kemampuan berfikir, dan dikuasainya cara belajar yang efisien. Kemampuan mengorganisasikan jawaban yang demikian kiranya membutuhkan tidak hanya jenis belajar informasi verbal atau pengetahuan, tetapi jenis-jenis belajar yang lain yang lebih tinggi seperti jenis kemahiran intelektual, jenis belajar pengaturan kegiatan kogitif. Dengan kata lain, kemampuan mengorganisasikan jawaban yang demikian menuntut tingkat kematangan dari suatu fungsi berfikir. Sejauh mana tingkat kematangan fungsi berfikir siswa akan menentukan pula jenis tes karangan yang akan dipakai dalam suatu pengukuran seperti  tes karangan terbatas yang dipakai untuk mengukur hasil belajar pada tingkat pemahaman, aplikasi, analisis, dan tes karangan bebas yang dipakai untuk mengukur hasil belajar pada tingkat aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
2.      Siswa mengorganisasikan jawaban sendiri dengan mempergunakan bahasa dan corak mengarangnya sendiri
Seorang guru akan menghadapi berbagai jawaban yang disebabkan oleh perbedaan kemampuan berbahasa siswa karena siswa menggunakan bahasa dan corak mengarangnya sendiri. Perbedaan ini biasanya timbul karena siswa masih belum mampu berbahasa secara baku. Padahal bahasa merupakan salah satu alat untuk mengungkapkan hasil pemikiran. Kalau kemampuan berbahasa yang dimiliki oleh siswa belum terbina dengan baik, maka pengungkapan isi pikirannya akan menjadi kacau. Penggunaan bahasa Indonesia yang belum baku oleh siswa dalam merumuskan jawaban tes karangan sering dapat mempengaruhi objektivitas guru dalam memeriksa jawaban-jawaban siswa. Perumusan jawaban yang tidak jelas, dan penggunaan “tip-ex” yang berlebihan dapat mengurangi perolehan skor. Walaupun ini tidak harus terjadi, namun guru adalah seorang manusia biasa yang bisa terpengaruh oleh hal-hal yang tidak semestinya.
3.      Siswa menjawab sejumlah kecil soal, pertanyaan atau item
Jika siswa harus mengorganisasikan jawaban tes karangan sendiri, maka wajar apabila hanya tersedia sejumlah pertanyaan yang relatif kecil, misalnya enam item. Dengan jumlah pertanyaan yang relatif kecil, keluasan dan kedalaman bahan yang dicakup oleh tes karangan cukup terbatas. Sangat mungkin siswa belajar secara spekulatif. Sering dijumpai siswa yang lebih tertarik belajar menjawab pertanyaan yang diperoleh, dariada mempelajari bahan. Mengingat jumlah pertanyaan yang disajikan tes karangan relatif kecil maka seorang guru perlu melaksanakan salah satu prinsip pelaksanaan pengukuran secara kontinu atau lebih dari satu kali kegiatan pengukuran. Dengan demikian cakupan bahan yang akan diujikan dapat dicakup secara memadai melalui pelaksanaan pengukuran yang berulang kali.
4.      Siswa memproduksikan jawaban tes karangan secara berbeda-beda atas mutu suatu jawaban yang dituntut
Ada kemungkinan bahwa jawaban yang dihasilkan siswa akan sangat bervariasi sesuai dengan perbedaan-perbedaan kemampuan belajar dan bahasa yang dipakai para siswa. Jawaban yang dihasilkan siswa dapat sungguh-sungguh benar atau salah, agak benar atau agak salah. Oleh karena itu, jawaban yang dipakai sebagai kunci, haruslah jawaban yang benar, relevan, lengkap, berstruktur dan jelas, sehingga setiap jawaban yang dihasilkan siswa mudah dibandingkan dengan jawaban guru. Dalam hal ini seorang guru membutuhkan banyak waktu dan tenaga dalam memeriksa jawaban-jawaban yang bervariasi dari siswa, dan pemeriksaan ini tidak dapat diwakilkan orang lain.
2.      Prinsip-Prinsip Pembuatan Tes Essay
Untuk menghasilkan butir soal tes essay yang baik, bagi penyusun tes diharapkan memperhatikan hal-hal berikut :
a.       Butir soal hendaknya meliputi ide-ide pokok dari materi yang diujikan, dan jika mungkin disusun soal yang bersifat komprehensif yang mampu mewakili materi pokok dalam mata pelajaran yang diujikan.
b.      Sebaiknya butir soal tidak mengambil kalimat-kalimat yang disalin langsung dari buku atau catatan. Penyusunan butir soal yang menyalin langsung dari buku atau catatan cenderung mendorong siswa hanya menghafalkan materi ujian saja. Apabila hal ini terjadi, butir soal tes essay hanya mengungkap aspek kemampuan kognitif tingkatan yang paling rendah, yaitu ingatan.
c.       Pada waktu menyusun butir soal hendaknya sudah dilengkapi dengan kunci jawaban serta pedoman penskorannya. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan reliabilitas butir soal. Dengan adanya pedoman tersebut diharapkan ketidakkonsistenan penilai (rater unreliability) dapat dikurangi.
d.      Hendaknya diusahakan pertanyaannya bervariasi antara “jelaskan”, “mengapa”, “bagaimana”, “uraikan”, “bandingkan”, agar dapat diketahui lebih jauh tingkat penguasaan siswa terhadap bahan ujian.
e.       Hendaknya rumusan butir soal disusun sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh peserta tes. Hindari penggunaan istilah atau kata-kata yang memiliki makna ganda.  
3.      Penulisan Aitem
1.      Soal sesuai dengan indicator.
2.      Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan sudah sesuai.
3.      Materi yang ditanyakan sesuai dengan tujuan pengukuran.
4.      Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang jenis pendidikan atau tingkat kelas.
5.      Menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban uraian.
6.      Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.
7.      Ada pedoman penskorannya serta tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan jelas dan terbaca.
8.      Rumusan kalimat soal komunikatif dan butir soal menggunakan bahasa yang baku
9.      Tidak menggunakan kata/ungkapan yang menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian.
10.  Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu
11.  Rumusan soal tidak mengandung kata/ungkapan yang dapat menyinggung perasaan peserta didik
4.      Penggunaan Tes Essay
Tes essay sangat baik digunakan apabila :
a.       Jumlah peserta tes relatif sedikit, misalnya kurang dari 100 orang. Bila peserta ujian terlalu banyak, misalnya lebih dari 100 orang, penggunaan tes essay akan menyita waktu guru dalam memeriksa lembar jawaban, sehingga kurang efisien lagi.
b.      Waktu yang dimiliki guru untuk mempersiapkan soal sangat terbatas, sedangkan ia mempunyai waktu yang cukup untuk memeriksa hasil ujian.
c.       Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai adalah kemampuan mengekspresikan pikiran dalam bentuk tulisan, menguji kemampuan menulis dengan baik atau kemampuan penggunaan bahasa tulis.
d.      Ingin memperoleh informasi yang tidak tertulis secara langsung di dalam soal ujian, tetapi dapat disimpulkan dari tulisan peserta tes, seperti sikap, nilai, atau pendapat.
e.       Untuk memperoleh hasil pengalaman belajar siswa, maka tes essay merupakan salah satu bentuk yang paling tepat untuk mengukur pengalaman belajar tersebut.
5.      Metode Pengoreksian Soal Essay
Terdapat 3 metode yang dapat digunakan oleh guru dalam mengoreksi soal bentuk essay. Metode-metode tersebut antara lain:
a.       Metode per nomor ( Whole method)
Guru mengoreksi hasil jawaban setiap nomor dari peserta didik, misalnya guru mengoreksi nomor 1 terlebih dahulu dari jawaban seluruh peserta didik, kemudian dilanjutkan ke nomor 2, dan seterusnya.
b.      Metode per lembar (Separated method)
Guru mengoreksi satu lembar jawaban peserta didik mulai dari nomor 1 hingga nomor terakhir, kemudian setelah selesai mengoreksi satu lembar jawaban dari peserta didik yang satu, guru mengoreksi lembar jawab peserta didik yang lain, begitu seterusnya.
c.       Metode Bersilang (Cross method)
Guru mengoreksi jawaban peserta didik dengan cara menukarkan hasil  koreksi dari seorang korektor kepada korektor yang lain. Dengan kata lain, lembar jawab yang telah dikoreksi oleh seorang korektor, kemudian dikoreksi kembali oleh korektor lain.
Tabel 1.1 Kelebihan dan Kekurangan Metode Pengoreksian
Jenis Metode
Kelebihan
Kekurangan
Per nomor
Pemberian skor yang berbeda atas dua jawaban yang kualitasnya hampir sama hampir tidak akan terjadi.
Pelaksanaan terlalu berat dan memakan banyak waktu.
Per lembar
Tidak memakan waktu banyak.
Guru sering memberi skor yang berbeda atas dua jawaban yang sama kualitasnya.
Bersilang
Hasil pengoreksian lebih objektif.
Membuang waktu dan tenaga yang banyak.
Di samping metode-metode di atas, ada juga metode lain untuk mengoreksi jawaban soal bentuk essay, yaitu:
a.       Metode Analisis (Analytical method)
Cara untuk mengoreksi jawaban peserta didik dengan membandingkan jawaban peserta didik dengan model jawaban yang sudah disiapkan dan sudah dianalisis menjadi beberapa langkah dan pada setiap langkah tersebut disediakan skor-skor tertentu.Misalnya: ¼ benar diberikan skor 2,5; ½ benar diberikan skor 5; ¾ benar diberikan skor 7,5; dan benar semuanya diberikan skor 10 untuk setiap item.
b.      Metode Penyortiran (Sorting method)
Cara menskor dengan terlebih dahulu melakukan sortir terhadap keseluruhan pekerjaan peserta didik. Penyortiran dilakukan dengan mengklasifikasikan jawaban yang ada.Misalnya mengklasifikasikan skor ke dalam beberapa tingkatan seperti jawaban benar (baik), cukup, sedang, kurang, dan kurang sekali.Tiap klasifikasi diberikan skor misalnya 9 – 10; 7 – 8; 5 – 6; 3 – 4; dan 1 – 2 dari yang baik hingga ke yang kurang sekali.
c.       Metode Poin (Point method)
Dalam metode ini (yang sering disebut sebagai metode poin jawaban), jawaban ideal atau model jawaban disusun secara mendetail sampai ke poin -poin spesifik setiap jawaban. Nilai yang akan diberikan kepada seorang siswa tergantung dari jumlah poin-poin isi jawaban yang disertakan dalam jawabannya, selain itu komponen –komponen bagian seperti kejelasan ekspresi yang digunakan, cara mengorganisasi pemikiran yang logis, dan bukti pendukung jawaban juga dipertimbangkan dan diberi nilai. Oleh karena itu, sebuah daftar periksa sangat berguna untuk dapat memberikan penilaian yangobjektif. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memberikan poin nilai untuksoal-soal essay tertentu adalah (1) waktu yang diperlukan untuk menjawab soaltersebut, (2) tingkat kerumitan dari soal tersebut, (3) penekanan pada isi yang dibahaspada suatu soal dalam garis-garis besar tes. Jadi, setiap jawaban siswa dibandingkan dengan jawaban ideal yang telah ditetapkan dalam kunci jawaban dan skor yang diberikan akan bergantung pada derajat kepadanannya dengan kunci jawaban. Metode ini cocok untuk bentuk essay terbatas, karena setiap jawaban sudah dibatasi dengan kriteria tertentu.
d.      Metode Rating
Dalam metode penilaian global (j uga disebut sebagai metode holistik atau metode rating), jawaban ideal tidak dibagi -bagi kedadalam poin-poin spesifik dankomponen-komponen tambahan; jawaban ideal hanya berfungsi sebagai standar.Tulisan siswa yang kurang dari standar ideal tersebut dan y ang melenceng dalam halkualitas digolongkan kedalam standar diluar standar ideal atau tolok ukur ideal.Paraguru atau penilai kemudian diinstruksikan untuk memeriksa jawaban dengan cepat danmemberikan pendapat globalnya secara keseluruhan megenai kualitas jawaban.Jadi, jawaban setiap peserta didik ditetapkan dalam salah satu kelompok yang sudah dipilah-pilah berdasarkan kualitasnya selagi jawaban tersebut dibaca. Kelompok-kelompok tersebut menggambarkan kualitas dan dan menentukan berapa skor yang akan diberikan pada setiap jawaban. Misalnya, sebuah soal akan siberi skor maksimal 8, maka soal tersebut akan dapat dibuat menjadi 9 kelompok jawaban, mulai dari 0 sampai 8. Metode ini cocok untuk bentuk essay bebas.

Contoh Soal dari SK dan KD:
Standar Kompetensi               : 1.      Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh
sejarah yang berskala nasional  pada masa Hindu-
Budha dan Islam, keragaman kenampakan alam dan suku bangsa, serta kegiatan ekonomi di Indonesia.
Kompetensi Dasar                   : 1.4     Menghargai keragaman suku bangsa dan
budaya di Indonesia
Contoh soal tipe essay :
1.      Jelaskan yang dimaksud dengan keragaman suku bangsa! Berikan 2 contoh!
No
Kriteria Penilaian
Kata Kunci
Skor
1
Menjelaskan arti keragaman
Kata yang menggambarkan arti “jamak”.
0-1
2
Menjelaskan arti suku bangsa
kesatuan
sosial lain berdasarkan kesadaran akan identitas perbedaan kebudayaan,
khususnya bahasa.
0-2
3
Memberikan contoh suku-suku bangsa
2 suku bangsa
0-2

Skor maksimal

5

2.      Sebutkan pertunjukkan rakyat yang ada di setiap provinsi di pulau Jawa!
No
Kriteria Penilaian
Kata Kunci
Skor
1
Pertunjukkan rakyat yang ada di Jawa Barat
Wayang golek
1
2
Pertunjukkan rakyat yang ada di Banten
Debus
1
3
Pertunjukkan rakyat yang ada di DKI Jakarta
Lenong, ondel-ondel
1
4
Pertunjukkan rakyat yang ada di Jawa Tengah
Wayang kulit, ketoprak
1
5
Pertunjukkan rakyat yang ada di Jawa Timur
Ludruk, reog
1

Skor maksimal

5
3.      Bagaimana cara menghormati keragaman budaya daerah lain?
No
Kriteria Penilaian
Kata Kunci
Skor
1
Menyebutkan dua budaya daerah yang dibandingkan
Dua budaya daerah yang berbeda
0-2
2
Menunjukkan cara menghormati keragaman budaya daerah lain
Tenggang rasa
0-3

Skor maksimal

5
4.      Jelaskan keanekaragaman budaya yang ada di daerah tempat tinggalmu!
No
Kriteria Penilaian
Kata Kunci
Skor
1
Menyebutkan budaya yang ada di daerahnya
Contoh budaya daerah
0-2
2
Menjelaskan keanekaragaman budaya yang ada di daerahnya
Kata yang menggambarkan “jamak”
0-3

Skor maksimal

5

5.      Sebutkan budaya daerah Daerah Istimewa Yogyakarta!
No
Kriteria Penilaian
Kata Kunci
Skor
1
Menyebutkan pakaian adat
Kebaya dan sorjan
1
2
Menyebutkan makanan khas
Gudeg
1
3
Menyebutkan lagu daerah
Menyebutkan salah satu lagu
1
4
Menyebutkan alat musik daerah
Gamelan
1
5
Menyebutkan rumah adat
Joglo
1

Skor maksimal

5

B.     Kelebihan dan Kekurangan Tes Essay
a.       Dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang kompleks, seperti kemampuan mengaplikasikan prinsip, kemampuan menginterpretasikan hubungan, kemampuan merumuskan kesimpulan yang sahih dan sebagainya. Namun demikian, tidak dengan sendirinya tes essay menghasilkan pengukuran hasil belajar yang kompleks. Hal ini tergantung pada kemampuan pembuat tes (guru maupun dosen) untuk menyusun butir soal essay. Bahkan, tidak jarang ditemukan adanya butir soal essay yang menanyakan hal yang sederhana, yang sebenarnya jauh lebih efektif bila dites dengan menggunakan butir soal objektif.
b.      Meningkatkan motivasi peserta tes untuk belajar dibandingkan bentuk tes objektif. Sesuai dengan sifatnya yang menuntut kemampuan mengekspresikan dengan kata-kata sendiri, maka bentuk tes essay menuntut penguasaan bahan secara penuh. Penguasaan bahan yang tanggung dapat dideteksi dengan mudah melalui jawaban yang ditulis oleh peserta tes. Oleh karena itu, untuk menjawab tes essay dengan baik peserta tes akan berusaha menguasai bahan yang diperkirakan akan diujikan dalam tes secara tuntas.
c.       Mudah disiapkan dan disusun, sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama bagi guru untuk mempersiapkannya. Kemudahan ini terutama disebabkan oleh dua hal, pertama jumlah butir soal tidak terlalu banyak, dan kedua guru tidak harus menyediakan jawaban atau kemungkinan jawaban yang benar.
d.      Tidak banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-untungan. Karena tidak ada alternatif jawaban yang disiapkan oleh penyusun tes maka peserta tes dituntut untuk betul-betul memikirkan jawaban yang dibutuhkan.
e.       Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusunnya ke dalam bentuk kalimat yang tepat. Dalam menjawab soal ujian tertulis peserta dituntut untuk mampu menyusun kalimat yang mudah dipahami oleh pemeriksa hasil tes. Hal ini akan melatih keberanian dan keterampilan siswa menyampaikan ide maupun gagasan secara tertulis.
f.       Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri. Kemampuan menjawab soal ujian essay dengan baik akan membantu meningkatkan keterampilan siswa dalam menyatakan pikiran secara tertulis.
Terdapat juga kekurangan yang ada pada tes bentuk essay, yaitu:
a.       Reliabilitas tes rendah. Artinya skor yang dicapai oleh peserta tes tidak konsisten bila tes yang sama atau tes paralel diuji beberapa kali. Ada tiga penyebab rendahnya reliabilitas tes essay (Asmawi Zaenul dan Noehi Nasution (2005:41)). Pertama, keterbatasan sampel bahan yang tercakup dalam butir soal tes. Karena sifat jawaban tes essay menuntut waktu yang relatif banyak, maka tidak mungkin soal tes essay terdiri dari beberapa butir soal yang banyak jumlahnya sehingga mewakili seluruh bahan yang diujikan. Hal ini berarti pokok bahasan yang dapat diambil sebagai bahan tes sangat terbatas. Kedua, batas-batas tugas yang harus dikerjakan peserta tes sangat longgar, walaupun telah diusahakan untuk menentukan batasan-batasan yang cukup ketat. Keragaman jawaban antar peserta tetap saja besar. Keragaman tidak hanya antara peserta tes, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan, waktu, bahkan suasana tes yang ada. Tes yang sama diuji pada pagi hari, dimana peserta masih segar akan menghasilkan skor yang berbeda bila tes dilaksanakan pada siang hari. Dan ketiga, adanya subjektivitas penskoran yang dilakukan oleh pemeriksa jawaban tes. Berbeda orang yang memeriksa, maka berbeda juga yang diperoleh peserta. Bahkan, orang yang sama memeriksa tes yang sama pada waktu yang berbeda akan menghasilkan skor yang berbeda pula.
b.      Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memeriksa lembar jawaban dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain. Adanya berbagai macam pertimbangan dalam penilaian hasil tes essay serta adanya jawaban yang cukup panjang menyebabkan pemeriksaan lembar jawaban tes essay membutuhkan waktu yang relatif lebih lama dibandingkan dengan tes objekif. Begitu adanya tuntutan bahwa pihak yang mengadakan penilaian juga harus menguasai materi yang diujikan menyebabkan pemeriksaan terhadap hasil tes essay tidak bisa diwakilkan kepada orang lain yang tidak menguasai materi.
c.       Jawaban peserta tes kadang-kadang disertai dengan bualan. Peserta tes yang kurang menguasai bahan yang akan diujikan acap kali mencoba menjawab dengan menguraikan hal lain yang tidak berhubungan dengan hal yang ditanyakan atau dengan kata lain peserta tes membual. Jawaban yang tidak berharga ini pun harus dibaca oleh guru dengan teliti.
d.      Kemampuan menyatakan pikiran secara tertulis menjadi hal yang paling utama untuk membedakan prestasi belajar antara siswa. Padahal tidak semua hasil belajar bisa dikomunikasikan dalam bentuk tulisan. Sebagian besar hasil belajar lain dinyatakan dalam bentuk tingkah laku atau sikap, bukan dalam bentuk pernyataan tertulis.
C.    Mengatasi Permasalahan Tes Essay
Untuk mengatasi permasalahan dari penggunaan tes essay, dapat dipertimbangkan beberapa hal, antara lain :
a.       Yang bertugas sebagai korektor adalah orang yang membuat soal tes essay. Apabila dalam pengoreksian menggunakan metode silang, kunci jawaban yang digunakan itu sama.
b.      Sebaiknya soal yang diberikan ke siswa tidak terlalu banyak namun mencakup keseluruhan materi.
c.       Instruksi untuk siswa menjawab pertanyaan sebaiknya diberikan batasan menjadi beberapa kata/kalimat.
d.      Untuk menghilangkan subjektivitas pada lembar jawaban siswa sebaiknya diberikan kode yang tidak mencirikan siswa.
Kuis
1.      Tes essay menuntut peserta didik untuk menguraikan, mengorganisasikan, dan menyatakan jawaban dengan menggunakan kata-katanya sendiri. (Benar)
2.      Perbedaan pemberian skor atas dua jawaban yang sama kualitasnya adalah kekurangan dari metode bersilang. (Salah)
3.      Jawaban yang detail merupakan jawaban yang ideal dan poin tidak mempengaruhi nilai. (Salah)
4.      Siswa dituntut untuk memahami materi yang akan diujikan secara mendetail agar dapat menjawab soal essay. (Salah)
5.      Pembuatan tes essay sebaiknya lebih sedikit agar tidak membutuhkan waktu yang lama dalam pengoreksian. (Benar)











KESIMPULAN

1.      Yang dimaksud dengan tes bentuk essay adalah butir soal yang mengandung pertanyaan atau tugas yang jawaban atau pengerjaan soal tersebut harus dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran peserta tes.
2.      Kelebihan dan kekurangan dari tes bentuk essay yaitu mengekspresikan jawaban dari siswa namun akan sering terjadi subjektifitas dari guru ketika pengoreksian.
3.      Cara mengatasi kekurangan dari tes bentuk essay yaitu untuk menghilangkan subjektivitas pada lembar jawaban siswa sebaiknya diberikan kode yang tidak mencirikan siswa.




















DAFTAR REFERENSI

Arifin, Zainal. (2009). Evaluasi pembelajaran: Prinsip, prosedur. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Beny Kurniawan, Gede. (2011). Mengkonstruksi tes essay. Diakses dari
25 Februari 2015.
Jihad, Asep dan Abdul Harir. (2012). Evaluasi pembelajaran. Yogyakarta: Multi
Presindo.
Masidjo. (1995). Penilaian pencapaian hasil belajar siswa di sekolah.
Yogyakarta: Kanisius.
Suwarno. (2010). Mengungkap karakteristik tes essay. Diakses dari
Suryadi. (_____). Teknik menyusun alat evaluasi dan analisis hasil belajar.
Diakses dari
Widoyoko, Eko Putro. (2009). Evaluasi program pembelajaran: Panduan  
praktis bagi pendidik dan calon pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar