PEMBAHASAN
A. Tes
Bentuk Essay
1. Pengertian
Tes bentuk essay adalah butir soal yang mengandung
pertanyaan atau tugas yang jawaban atau pengerjaan soal tersebut harus
dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran peserta tes (Widoyoko, 2009). Tes essay dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu essay terbatas (restricted respons items) dan essay bebas (extended respons items). Tes essay tersebut dibedakan berdasarkan
luas sempitnya materi yang ditanyakan. Pada tes essay bebas (extended respons items) peserta dapat mengemukakan pendapat sesui
dengan kemampuan mereka tanpa ada batasan-batasan dari pembuat soal, sehingga
jawaban setiap peserta akan berbada satu sama lain. Namun, pembuat soal harus
tetap mempunyai acuan pengoreksi jawaban peserta.
Contoh:
a.
Bagaimana peranan pupuk kompos dalam
pertanian?
b.
Bagaimana peranan komputer dalam dunia
pendidikan?
Pada tes essay terbatas
(restricted respons) peserta dapat
dengan bebas mengemukakan pendapat mereka, namun harus ada pokok penting yang
terkandung dalam jawabannya sesuai dengan batas-batas yang telah ditentukan dan
dikehendaki dalam soal. Bentuk
essay terbaatas ini dapat dipergunakan untuk menguji kemampuan sebab-akibat,
menggambarkan prinsip-prinsip, mengajukan argumentasi yang relevan, merumuskan
hipotesis yang tepat, merumuskan asumsi yang tepat, menggambarkan keterbatasan
data, merumuskan kesimpulan yang tepat, menjelaskan metode dan prosedur, dan
hal-hal yang sejenis. Apabila disimpulkan soal essay terbatas dapat menilai
kemampuan-kemampuan peserta yang kompleks.
Contoh:
a.
Jelaskan bagaimana cara mancangkok
tanaman!
b.
Sebutkan komponen yang terdapat untuk
mengoperasikan komputer!
Depdikbud sering
menyebutkan bentuk-bentuk tes essay dengan sebutan lain, yaitu :Bentuk Essay
Objektif (BOU) dan Bentuk Essay Non Objektif (BUNO). BOU dan BUNO merupakan
bagian dari bentuk tes essay terbatas. Penggelompokkan yang dilakukan oleh
Depdikbud berdasarakan pada pendekatan atau cara pemberian skor. Pada BOU
rumusan jawabannya lebih pasti sehingga dapat dilakukan penskoran secara
objektif. Jawaban yang benar dapat diberi skor 1 dan yang salah atau tidak
dijawab mendapat skor 0. Pada satu rumusan jawaban terdapat beberapa kata kunci
sehingga nilai maksimar skor dapat lebih dari satu. Kata kunci dapat berupa apa
saja seperti kalimat, kata, gambar, dan angka. Berikut adalah langkah-langkah
pemberian skor soal bentuk essay objektif:
a.
Tuliskan kata kunci atau kemungkinana
jawaban benar secara jelas untuk setiap soal.
b.
Beri skor 1 untuk jawaban yang benar
sempurna dan tidak ada pemberian skor setengah untuk jawaban yang kurang
sempurna.
c.
Apabila pertanyaan terdiri dari beberapa
subpertanyaan, perincilah kata kunci dari setiap jawaban soal tersebut menjadi
beberapa kata kunci subjawaban dan buatkan skornya.
d.
Jumlahkan skor dari semua kata kunci
yang telah ditetapkan pada soal tersebut. Hasil penjumlahan skor ini disebut
skor maksimum.
Contoh:
Indikator : Menuliskan keuntungan adanya pembangunan kenampakan
buatan bagi
masyarakat
Soal: Sebutkan tujuan dan 4 manfaat
adanya pembangunan waduk!
Langkah penskoran:
1.
Tujuan waduk = menampung air sungai =
1
2.
Manfaat =
pengendali banjir =
4
=
rigasi lahan pertanian
=
pembangkit listrik
=
pahan baku air minum
=
perikanan
3.
Skor maksimum =5
Bentuk Essay Non
Objektif (BUNO) mempunyai struktur perumusan jawaban yang sama dengan essay
bebas sehingga memungkinkan terdapat unsur subjektivitas. Bentuk ini dapat
menilai hasil belajar siswa yang berupa kemampuan menghasilkan, menyusun dan
menyatakan ide-ide, memadukan berbagai
hasil belajar, mendesain sebuah eksperimen, dan menilai arti makna sebuah ide.
Pada ,odel ini penskoran dijabarkan dengan menggunakan rentang. Rentangnya skor
ditetapkan berdasarkan kompleksitas jawaban. Skor mininal untuk peserta yang
tidak menjawab adalah 0, sedangkan skor maksimum ditantukan oleh penyusunan
soal dan jawaban yang runtut dalam soal tersebut.
Langkah-langkah
penskoran sebagai berikut:
a.
Menuliskan garis besar jawaban sebagai
kriteria jawaban untuk dijadikan pegangan dalam pemberian skor.
b.
Menetapkan rentang skor untuk setiap
kriteria jawaban.
c.
Pemberian skor tergantung pada kualitas
jawaban yang diberikan oleh peserta
d.
Jumlahkan skor yang diperoleh dari
setiap kriteria jawaban.
e.
Periksalah soal setiap nomor sebelum
beralih kenomor yang lain untuk menghindari pemberian skor berbeda untuk
jawaban yang sama.
f.
Setelah semua butir soal mendapatkan
skor hitunglah skor yang diperoleh peserta, kemudian hitung nilai dengan rumus:
Nilai
tiap soal = skor perolehan peserta didik
x bobot soal
Skor maksimum tiap
butir soal
g.
Jumlahkan nilai semua soal. Jumlah nilai
ini disebut nilai akhir suatu perangkat tes yang diberikan.
Contoh:
Indikator: menjelaskan alasan yang
membuat kita harus menghormati keragaman diIndonesia
Soal: Jelaskan alasan yang membuat kita
harus menghormati keragaman di Indonesia!
Krieria:
1.
Kebanggaan yang berkaitan dengan
keragaman suku bangsa= 0-5
2.
Kebanggaan yang berkaitan dengan
keragaman suku budaya= 0-5
3.
Skor maksimum
= 10
Guna
meningkatkan objektivitas dapat digunakan beberapa langkah berikut
1.
Harus diingat kembali prinsip-prinsip
penyusunan tes dan langkah-langkah pengembangan tes secara umum
2.
Guru harus mempunyai gambaran terhadap
kedalaman, lingkup, dan perincian materi yang mungkin diberikan kepada peserta
didik agar menghindari kerancuan soal dan dapat mempermudah penskoran.
3.
Setelah membuat soal guru harus segera
membuat kunci jawaban dan pedoman penskoran. Pedoman penskoran terdiri dari:
a. Batasan
atau kata kunci
b. Kriteria
jawaban
4.
Semua identitas peserta didik harus
disembunyikan bahkan bila perlu diganti dengan kode yang tidak mencirikan
peserta didik tersebut.
5.
Jauhkan hal-hal yang dapat mempengaruhi
subjektivitas pemberian skor seperti kerapian, tulisan/huruf, ukuran kerta dan
lain-lain.
Ditinjau dari tingkah
laku siswa dalam mengerjakan tes karangan ini, terdapat ciri-ciri tes karangan:
siswa mengorganisasikan jawaban sendiri secara bebas sesuai dengan
kemampuannya; mengorganisasikan jawaban sendiri dengan mempergunakan bahasa dan
corak mengarangnya sendiri; menjawab sejumlah kecil soal atau pertanyaan; dan
siswa memproduksikan jawaban tes karangan secara berbeda-beda atas mutu suatu
jawaban yang dituntut.
Berikut ini akan dibahas masing-masing
dari ciri tes karangan.
1. Siswa
mengorganisasikan jawaban sendiri secara bebas sesuai dengan kemampuannya.
Dalam mengorganisasikan
jawaban tes karangan, siswa diberi kesempatan secara bebas menunjukkan
ketepatan jawaban dengan isi pertanyaannya, kelogisan, kejelasan, kelengkapan,
keaslian jawaban yang dihasilkannya. Ciri khas jawaban siswa sangat ditentukan
oleh kemampuan belajarnya dalam mengorganisasikan jawaban. Hal ini berarti juga
bahwa siswa dituntut untuk memberikan jawaban yang tidak hanya sekedar mengenal
kembali atau mereproduksikan bahan yang dipelajari, namun memproduksikan bahan
tersebut (tidak hanya sekedar melalui ingatan bebas jenis mereproduksikan,
tetapi juga kemampuan berfikir). Oleh karena itu bahan yang dipelajari harus
benar-benar dikuasai secara penuh dan tuntas yang melibatkan fungsi psikis
lainnya seperti kemampuan berfikir, dan dikuasainya cara belajar yang efisien.
Kemampuan mengorganisasikan jawaban yang demikian kiranya membutuhkan tidak
hanya jenis belajar informasi verbal atau pengetahuan, tetapi jenis-jenis
belajar yang lain yang lebih tinggi seperti jenis kemahiran intelektual, jenis
belajar pengaturan kegiatan kogitif. Dengan kata lain, kemampuan mengorganisasikan
jawaban yang demikian menuntut tingkat kematangan dari suatu fungsi berfikir.
Sejauh mana tingkat kematangan fungsi berfikir siswa akan menentukan pula jenis
tes karangan yang akan dipakai dalam suatu pengukuran seperti tes karangan terbatas yang dipakai untuk
mengukur hasil belajar pada tingkat pemahaman, aplikasi, analisis, dan tes
karangan bebas yang dipakai untuk mengukur hasil belajar pada tingkat aplikasi,
analisis, sintesis, dan evaluasi.
2. Siswa
mengorganisasikan jawaban sendiri dengan mempergunakan bahasa dan corak
mengarangnya sendiri
Seorang guru akan
menghadapi berbagai jawaban yang disebabkan oleh perbedaan kemampuan berbahasa
siswa karena siswa menggunakan bahasa dan corak mengarangnya sendiri. Perbedaan
ini biasanya timbul karena siswa masih belum mampu berbahasa secara baku.
Padahal bahasa merupakan salah satu alat untuk mengungkapkan hasil pemikiran.
Kalau kemampuan berbahasa yang dimiliki oleh siswa belum terbina dengan baik,
maka pengungkapan isi pikirannya akan menjadi kacau. Penggunaan bahasa
Indonesia yang belum baku oleh siswa dalam merumuskan jawaban tes karangan
sering dapat mempengaruhi objektivitas guru dalam memeriksa jawaban-jawaban
siswa. Perumusan jawaban yang tidak jelas, dan penggunaan “tip-ex” yang
berlebihan dapat mengurangi perolehan skor. Walaupun ini tidak harus terjadi,
namun guru adalah seorang manusia biasa yang bisa terpengaruh oleh hal-hal yang
tidak semestinya.
3. Siswa
menjawab sejumlah kecil soal, pertanyaan atau item
Jika siswa harus
mengorganisasikan jawaban tes karangan sendiri, maka wajar apabila hanya
tersedia sejumlah pertanyaan yang relatif kecil, misalnya enam item. Dengan
jumlah pertanyaan yang relatif kecil, keluasan dan kedalaman bahan yang dicakup
oleh tes karangan cukup terbatas. Sangat mungkin siswa belajar secara
spekulatif. Sering dijumpai siswa yang lebih tertarik belajar menjawab
pertanyaan yang diperoleh, dariada mempelajari bahan. Mengingat jumlah
pertanyaan yang disajikan tes karangan relatif kecil maka seorang guru perlu
melaksanakan salah satu prinsip pelaksanaan pengukuran secara kontinu atau
lebih dari satu kali kegiatan pengukuran. Dengan demikian cakupan bahan yang
akan diujikan dapat dicakup secara memadai melalui pelaksanaan pengukuran yang
berulang kali.
4. Siswa
memproduksikan jawaban tes karangan secara berbeda-beda atas mutu suatu jawaban
yang dituntut
Ada kemungkinan bahwa
jawaban yang dihasilkan siswa akan sangat bervariasi sesuai dengan
perbedaan-perbedaan kemampuan belajar dan bahasa yang dipakai para siswa.
Jawaban yang dihasilkan siswa dapat sungguh-sungguh benar atau salah, agak
benar atau agak salah. Oleh karena itu, jawaban yang dipakai sebagai kunci,
haruslah jawaban yang benar, relevan, lengkap, berstruktur dan jelas, sehingga
setiap jawaban yang dihasilkan siswa mudah dibandingkan dengan jawaban guru.
Dalam hal ini seorang guru membutuhkan banyak waktu dan tenaga dalam memeriksa
jawaban-jawaban yang bervariasi dari siswa, dan pemeriksaan ini tidak dapat
diwakilkan orang lain.
2.
Prinsip-Prinsip Pembuatan Tes Essay
Untuk menghasilkan
butir soal tes essay yang baik, bagi penyusun tes diharapkan memperhatikan
hal-hal berikut :
a. Butir
soal hendaknya meliputi ide-ide pokok dari materi yang diujikan, dan jika
mungkin disusun soal yang bersifat komprehensif yang mampu mewakili materi
pokok dalam mata pelajaran yang diujikan.
b. Sebaiknya
butir soal tidak mengambil kalimat-kalimat yang disalin langsung dari buku atau
catatan. Penyusunan butir soal yang menyalin langsung dari buku atau catatan
cenderung mendorong siswa hanya menghafalkan materi ujian saja. Apabila hal ini
terjadi, butir soal tes essay hanya mengungkap aspek kemampuan kognitif
tingkatan yang paling rendah, yaitu ingatan.
c. Pada
waktu menyusun butir soal hendaknya sudah dilengkapi dengan kunci jawaban serta
pedoman penskorannya. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan reliabilitas butir
soal. Dengan adanya pedoman tersebut diharapkan ketidakkonsistenan penilai (rater unreliability) dapat dikurangi.
d. Hendaknya
diusahakan pertanyaannya bervariasi antara “jelaskan”, “mengapa”, “bagaimana”,
“uraikan”, “bandingkan”, agar dapat diketahui lebih jauh tingkat penguasaan
siswa terhadap bahan ujian.
e. Hendaknya
rumusan butir soal disusun sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh peserta
tes. Hindari penggunaan istilah atau kata-kata yang memiliki makna ganda.
3.
Penulisan Aitem
1. Soal
sesuai dengan indicator.
2. Batasan
pertanyaan dan jawaban yang diharapkan sudah sesuai.
3. Materi
yang ditanyakan sesuai dengan tujuan pengukuran.
4. Isi
materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang jenis pendidikan atau tingkat
kelas.
5. Menggunakan
kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban uraian.
6. Ada
petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.
7. Ada
pedoman penskorannya serta tabel,
gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan jelas dan terbaca.
8. Rumusan
kalimat soal komunikatif
dan butir
soal menggunakan bahasa yang baku
9. Tidak
menggunakan kata/ungkapan yang menimbulkan penafsiran ganda atau salah
pengertian.
10. Tidak
menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu
11. Rumusan
soal tidak mengandung kata/ungkapan yang dapat menyinggung perasaan peserta
didik
4.
Penggunaan Tes Essay
Tes essay sangat baik
digunakan apabila :
a.
Jumlah peserta tes relatif sedikit,
misalnya kurang dari 100 orang. Bila peserta ujian terlalu banyak, misalnya
lebih dari 100 orang, penggunaan tes essay akan menyita waktu guru dalam
memeriksa lembar jawaban, sehingga kurang efisien lagi.
b.
Waktu yang dimiliki guru untuk
mempersiapkan soal sangat terbatas, sedangkan ia mempunyai waktu yang cukup
untuk memeriksa hasil ujian.
c.
Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
adalah kemampuan mengekspresikan pikiran dalam bentuk tulisan, menguji
kemampuan menulis dengan baik atau kemampuan penggunaan bahasa tulis.
d.
Ingin memperoleh informasi yang tidak
tertulis secara langsung di dalam soal ujian, tetapi dapat disimpulkan dari
tulisan peserta tes, seperti sikap, nilai, atau pendapat.
e.
Untuk memperoleh hasil pengalaman
belajar siswa, maka tes essay merupakan salah satu bentuk yang paling tepat
untuk mengukur pengalaman belajar tersebut.
5.
Metode Pengoreksian Soal Essay
Terdapat 3 metode yang dapat digunakan oleh guru
dalam mengoreksi soal bentuk essay. Metode-metode tersebut antara lain:
a.
Metode per nomor ( Whole method)
Guru
mengoreksi hasil jawaban setiap nomor dari peserta didik, misalnya guru mengoreksi
nomor 1 terlebih dahulu dari jawaban seluruh peserta didik, kemudian
dilanjutkan ke nomor 2, dan seterusnya.
b. Metode
per lembar (Separated method)
Guru
mengoreksi satu lembar jawaban peserta didik mulai dari nomor 1 hingga nomor
terakhir, kemudian setelah selesai mengoreksi satu lembar jawaban dari peserta
didik yang satu, guru mengoreksi lembar jawab peserta didik yang lain, begitu
seterusnya.
c. Metode
Bersilang (Cross method)
Guru mengoreksi
jawaban peserta didik dengan cara menukarkan hasil koreksi dari seorang korektor kepada korektor
yang lain. Dengan kata lain, lembar jawab yang telah dikoreksi oleh seorang
korektor, kemudian dikoreksi kembali oleh korektor lain.
Tabel
1.1 Kelebihan dan Kekurangan Metode Pengoreksian
Jenis Metode
|
Kelebihan
|
Kekurangan
|
Per nomor
|
Pemberian skor yang berbeda atas dua jawaban yang
kualitasnya hampir sama hampir tidak akan terjadi.
|
Pelaksanaan terlalu berat dan memakan banyak waktu.
|
Per lembar
|
Tidak memakan waktu banyak.
|
Guru sering memberi skor yang berbeda atas dua jawaban
yang sama kualitasnya.
|
Bersilang
|
Hasil pengoreksian lebih objektif.
|
Membuang waktu dan tenaga yang banyak.
|
Di samping
metode-metode di atas, ada juga metode lain untuk mengoreksi jawaban soal
bentuk essay, yaitu:
a. Metode
Analisis (Analytical method)
Cara untuk mengoreksi jawaban peserta
didik dengan membandingkan jawaban peserta didik dengan model jawaban yang
sudah disiapkan dan sudah dianalisis menjadi beberapa langkah dan pada setiap
langkah tersebut disediakan skor-skor tertentu.Misalnya: ¼ benar diberikan skor
2,5; ½ benar diberikan skor 5; ¾ benar diberikan skor 7,5; dan benar semuanya
diberikan skor 10 untuk setiap item.
b. Metode
Penyortiran (Sorting method)
Cara menskor dengan terlebih dahulu
melakukan sortir terhadap keseluruhan pekerjaan peserta didik. Penyortiran dilakukan dengan
mengklasifikasikan jawaban yang ada.Misalnya mengklasifikasikan skor ke dalam
beberapa tingkatan seperti jawaban benar (baik), cukup, sedang, kurang, dan
kurang sekali.Tiap klasifikasi diberikan skor misalnya 9 – 10; 7 – 8; 5 – 6; 3
– 4; dan 1 – 2 dari yang baik hingga ke yang kurang sekali.
c. Metode
Poin (Point method)
Dalam metode ini (yang
sering disebut sebagai metode poin jawaban), jawaban ideal atau model jawaban
disusun secara mendetail sampai ke poin -poin spesifik setiap jawaban. Nilai
yang akan diberikan kepada seorang siswa tergantung dari jumlah poin-poin isi
jawaban yang disertakan dalam jawabannya, selain itu komponen –komponen bagian
seperti kejelasan ekspresi yang digunakan, cara mengorganisasi pemikiran yang
logis, dan bukti pendukung jawaban juga dipertimbangkan dan diberi nilai. Oleh
karena itu, sebuah daftar periksa sangat
berguna untuk dapat memberikan penilaian yangobjektif. Faktor-faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam memberikan poin nilai untuksoal-soal essay tertentu
adalah (1) waktu yang diperlukan untuk menjawab soaltersebut, (2) tingkat
kerumitan dari soal tersebut, (3) penekanan pada isi yang dibahaspada suatu
soal dalam garis-garis besar tes. Jadi, setiap jawaban siswa dibandingkan
dengan jawaban ideal yang telah ditetapkan dalam kunci jawaban dan skor yang
diberikan akan bergantung pada derajat kepadanannya dengan kunci jawaban.
Metode ini cocok untuk bentuk essay terbatas, karena setiap jawaban sudah
dibatasi dengan kriteria tertentu.
d. Metode
Rating
Dalam metode penilaian
global (j uga disebut sebagai metode holistik atau metode rating), jawaban
ideal tidak dibagi -bagi kedadalam poin-poin spesifik dankomponen-komponen
tambahan; jawaban ideal hanya berfungsi sebagai standar.Tulisan siswa yang
kurang dari standar ideal tersebut dan y ang melenceng dalam halkualitas
digolongkan kedalam standar diluar standar ideal atau tolok ukur ideal.Paraguru
atau penilai kemudian diinstruksikan untuk memeriksa jawaban dengan cepat
danmemberikan pendapat globalnya secara keseluruhan megenai kualitas
jawaban.Jadi, jawaban setiap peserta didik ditetapkan dalam salah satu kelompok
yang sudah dipilah-pilah berdasarkan kualitasnya selagi jawaban tersebut
dibaca. Kelompok-kelompok tersebut menggambarkan kualitas dan dan menentukan
berapa skor yang akan diberikan pada setiap jawaban. Misalnya, sebuah soal akan
siberi skor maksimal 8, maka soal tersebut akan dapat dibuat menjadi 9 kelompok
jawaban, mulai dari 0 sampai 8. Metode ini cocok untuk bentuk essay bebas.
Contoh Soal dari SK dan KD:
Standar Kompetensi :
1. Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh
sejarah yang berskala nasional pada masa
Hindu-
Budha
dan Islam, keragaman kenampakan alam dan suku bangsa, serta kegiatan ekonomi di
Indonesia.
Kompetensi Dasar : 1.4 Menghargai
keragaman suku bangsa dan
budaya di Indonesia
Contoh soal tipe essay :
1.
Jelaskan yang dimaksud dengan keragaman
suku bangsa! Berikan 2 contoh!
No
|
Kriteria
Penilaian
|
Kata Kunci
|
Skor
|
1
|
Menjelaskan
arti keragaman
|
Kata yang
menggambarkan arti “jamak”.
|
0-1
|
2
|
Menjelaskan
arti suku bangsa
|
kesatuan
sosial
lain berdasarkan kesadaran akan identitas perbedaan kebudayaan,
khususnya
bahasa.
|
0-2
|
3
|
Memberikan
contoh suku-suku bangsa
|
2 suku
bangsa
|
0-2
|
|
Skor
maksimal
|
|
5
|
2. Sebutkan
pertunjukkan rakyat yang ada di setiap provinsi di pulau Jawa!
No
|
Kriteria
Penilaian
|
Kata Kunci
|
Skor
|
1
|
Pertunjukkan
rakyat yang ada di Jawa Barat
|
Wayang
golek
|
1
|
2
|
Pertunjukkan
rakyat yang ada di Banten
|
Debus
|
1
|
3
|
Pertunjukkan
rakyat yang ada di DKI Jakarta
|
Lenong,
ondel-ondel
|
1
|
4
|
Pertunjukkan
rakyat yang ada di Jawa Tengah
|
Wayang
kulit, ketoprak
|
1
|
5
|
Pertunjukkan
rakyat yang ada di Jawa Timur
|
Ludruk,
reog
|
1
|
|
Skor
maksimal
|
|
5
|
3. Bagaimana
cara menghormati keragaman budaya daerah lain?
No
|
Kriteria
Penilaian
|
Kata Kunci
|
Skor
|
1
|
Menyebutkan
dua budaya daerah yang dibandingkan
|
Dua budaya
daerah yang berbeda
|
0-2
|
2
|
Menunjukkan
cara menghormati keragaman budaya daerah lain
|
Tenggang
rasa
|
0-3
|
|
Skor
maksimal
|
|
5
|
4. Jelaskan
keanekaragaman budaya yang ada di daerah tempat tinggalmu!
No
|
Kriteria
Penilaian
|
Kata Kunci
|
Skor
|
1
|
Menyebutkan
budaya yang ada di daerahnya
|
Contoh
budaya daerah
|
0-2
|
2
|
Menjelaskan
keanekaragaman budaya yang ada di daerahnya
|
Kata yang
menggambarkan “jamak”
|
0-3
|
|
Skor
maksimal
|
|
5
|
5. Sebutkan
budaya daerah Daerah Istimewa Yogyakarta!
No
|
Kriteria
Penilaian
|
Kata Kunci
|
Skor
|
1
|
Menyebutkan
pakaian adat
|
Kebaya dan
sorjan
|
1
|
2
|
Menyebutkan
makanan khas
|
Gudeg
|
1
|
3
|
Menyebutkan
lagu daerah
|
Menyebutkan
salah satu lagu
|
1
|
4
|
Menyebutkan
alat musik daerah
|
Gamelan
|
1
|
5
|
Menyebutkan
rumah adat
|
Joglo
|
1
|
|
Skor
maksimal
|
|
5
|
B. Kelebihan
dan Kekurangan Tes Essay
a. Dapat
digunakan untuk mengukur hasil belajar yang kompleks, seperti kemampuan
mengaplikasikan prinsip, kemampuan menginterpretasikan hubungan, kemampuan
merumuskan kesimpulan yang sahih dan sebagainya. Namun demikian, tidak dengan
sendirinya tes essay menghasilkan pengukuran hasil belajar yang kompleks. Hal
ini tergantung pada kemampuan pembuat tes (guru maupun dosen) untuk menyusun
butir soal essay. Bahkan, tidak jarang ditemukan adanya butir soal essay yang
menanyakan hal yang sederhana, yang sebenarnya jauh lebih efektif bila dites
dengan menggunakan butir soal objektif.
b. Meningkatkan
motivasi peserta tes untuk belajar dibandingkan bentuk tes objektif. Sesuai
dengan sifatnya yang menuntut kemampuan mengekspresikan dengan kata-kata
sendiri, maka bentuk tes essay menuntut penguasaan bahan secara penuh.
Penguasaan bahan yang tanggung dapat dideteksi dengan mudah melalui jawaban
yang ditulis oleh peserta tes. Oleh karena itu, untuk menjawab tes essay dengan
baik peserta tes akan berusaha menguasai bahan yang diperkirakan akan diujikan
dalam tes secara tuntas.
c. Mudah
disiapkan dan disusun, sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama bagi guru
untuk mempersiapkannya. Kemudahan ini terutama disebabkan oleh dua hal, pertama
jumlah butir soal tidak terlalu banyak, dan kedua guru tidak harus menyediakan
jawaban atau kemungkinan jawaban yang benar.
d. Tidak
banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-untungan. Karena tidak ada
alternatif jawaban yang disiapkan oleh penyusun tes maka peserta tes dituntut
untuk betul-betul memikirkan jawaban yang dibutuhkan.
e. Mendorong
siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusunnya ke dalam bentuk
kalimat yang tepat. Dalam menjawab soal ujian tertulis peserta dituntut untuk
mampu menyusun kalimat yang mudah dipahami oleh pemeriksa hasil tes. Hal ini
akan melatih keberanian dan keterampilan siswa menyampaikan ide maupun gagasan
secara tertulis.
f.
Memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri. Kemampuan
menjawab soal ujian essay dengan baik akan membantu meningkatkan keterampilan
siswa dalam menyatakan pikiran secara tertulis.
Terdapat juga kekurangan yang ada pada tes bentuk
essay, yaitu:
a.
Reliabilitas tes rendah. Artinya skor
yang dicapai oleh peserta tes tidak konsisten bila tes yang sama atau tes
paralel diuji beberapa kali. Ada tiga penyebab rendahnya reliabilitas tes essay
(Asmawi Zaenul dan Noehi Nasution (2005:41)). Pertama, keterbatasan sampel bahan yang tercakup dalam butir soal
tes. Karena sifat jawaban tes essay menuntut waktu yang relatif banyak, maka
tidak mungkin soal tes essay terdiri dari beberapa butir soal yang banyak
jumlahnya sehingga mewakili seluruh bahan yang diujikan. Hal ini berarti pokok
bahasan yang dapat diambil sebagai bahan tes sangat terbatas. Kedua, batas-batas tugas yang harus
dikerjakan peserta tes sangat longgar, walaupun telah diusahakan untuk
menentukan batasan-batasan yang cukup ketat. Keragaman jawaban antar peserta
tetap saja besar. Keragaman tidak hanya antara peserta tes, tetapi juga sangat
dipengaruhi oleh lingkungan, waktu, bahkan suasana tes yang ada. Tes yang sama
diuji pada pagi hari, dimana peserta masih segar akan menghasilkan skor yang
berbeda bila tes dilaksanakan pada siang hari. Dan ketiga, adanya subjektivitas penskoran yang dilakukan oleh
pemeriksa jawaban tes. Berbeda orang yang memeriksa, maka berbeda juga yang
diperoleh peserta. Bahkan, orang yang sama memeriksa tes yang sama pada waktu
yang berbeda akan menghasilkan skor yang berbeda pula.
b. Membutuhkan
waktu yang lebih lama untuk memeriksa lembar jawaban dan tidak dapat diwakilkan
kepada orang lain. Adanya berbagai macam pertimbangan dalam penilaian hasil tes
essay serta adanya jawaban yang cukup panjang menyebabkan pemeriksaan lembar
jawaban tes essay membutuhkan waktu yang relatif lebih lama dibandingkan dengan
tes objekif. Begitu adanya tuntutan bahwa pihak yang mengadakan penilaian juga
harus menguasai materi yang diujikan menyebabkan pemeriksaan terhadap hasil tes
essay tidak bisa diwakilkan kepada orang lain yang tidak menguasai materi.
c. Jawaban
peserta tes kadang-kadang disertai dengan bualan. Peserta tes yang kurang
menguasai bahan yang akan diujikan acap kali mencoba menjawab dengan
menguraikan hal lain yang tidak berhubungan dengan hal yang ditanyakan atau
dengan kata lain peserta tes membual. Jawaban yang tidak berharga ini pun harus
dibaca oleh guru dengan teliti.
d. Kemampuan
menyatakan pikiran secara tertulis menjadi hal yang paling utama untuk
membedakan prestasi belajar antara siswa. Padahal tidak semua hasil belajar
bisa dikomunikasikan dalam bentuk tulisan. Sebagian besar hasil belajar lain
dinyatakan dalam bentuk tingkah laku atau sikap, bukan dalam bentuk pernyataan
tertulis.
C. Mengatasi
Permasalahan Tes Essay
Untuk mengatasi permasalahan dari penggunaan tes essay, dapat
dipertimbangkan beberapa hal, antara lain :
a.
Yang
bertugas sebagai korektor adalah orang yang membuat soal tes essay. Apabila
dalam pengoreksian menggunakan metode silang, kunci jawaban yang digunakan itu
sama.
b.
Sebaiknya
soal yang diberikan ke siswa tidak terlalu banyak namun mencakup keseluruhan
materi.
c.
Instruksi
untuk siswa menjawab pertanyaan sebaiknya diberikan batasan menjadi beberapa
kata/kalimat.
d.
Untuk
menghilangkan subjektivitas pada lembar jawaban siswa sebaiknya diberikan kode
yang tidak mencirikan siswa.
Kuis
1.
Tes
essay menuntut peserta didik untuk menguraikan, mengorganisasikan, dan
menyatakan jawaban dengan menggunakan kata-katanya sendiri. (Benar)
2.
Perbedaan
pemberian skor atas dua jawaban yang sama kualitasnya adalah kekurangan dari
metode bersilang. (Salah)
3.
Jawaban
yang detail merupakan jawaban yang ideal dan poin tidak mempengaruhi nilai.
(Salah)
4.
Siswa
dituntut untuk memahami materi yang akan diujikan secara mendetail agar dapat
menjawab soal essay. (Salah)
5.
Pembuatan
tes essay sebaiknya lebih sedikit agar tidak membutuhkan waktu yang lama dalam
pengoreksian. (Benar)
KESIMPULAN
1.
Yang
dimaksud dengan tes bentuk essay adalah butir soal yang
mengandung pertanyaan atau tugas yang jawaban atau pengerjaan soal tersebut
harus dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran peserta tes.
2.
Kelebihan
dan kekurangan dari tes bentuk essay
yaitu mengekspresikan jawaban dari siswa namun akan sering terjadi
subjektifitas dari guru ketika pengoreksian.
3.
Cara
mengatasi kekurangan dari tes bentuk essay yaitu untuk
menghilangkan subjektivitas pada lembar jawaban siswa sebaiknya diberikan kode
yang tidak mencirikan siswa.
DAFTAR REFERENSI
Arifin,
Zainal. (2009). Evaluasi pembelajaran:
Prinsip, prosedur. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Beny Kurniawan, Gede. (2011). Mengkonstruksi tes essay. Diakses dari
25 Februari 2015.
Jihad, Asep
dan Abdul Harir. (2012). Evaluasi
pembelajaran. Yogyakarta: Multi
Presindo.
Masidjo.
(1995). Penilaian pencapaian hasil
belajar siswa di sekolah.
Yogyakarta: Kanisius.
Suwarno. (2010).
Mengungkap karakteristik tes essay. Diakses
dari
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=268342&val=7107&title=Mengungkap%20Karakteristik%20Tes%20Essay. 25 Februari 2015.
Suryadi.
(_____). Teknik menyusun alat evaluasi
dan analisis hasil belajar.
Diakses dari
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._ADMINISTRASI_PENDIDIKAN/196807291998021-SURYADI/pengembangan_soal.pdf. 28 Februari 2015.
Widoyoko, Eko Putro. (2009). Evaluasi
program pembelajaran:
Panduan
praktis
bagi pendidik
dan calon
pendidik. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar