Kamis, 28 Mei 2015

Model Pembelajaran PMRI pada kurikulum SD



Pembelajaran dengan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) pada kurikulum Sekolah Dasar
A.    Pengertian dan Langkah-langkah Pembelajaran menggunakan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)
                        PMRI atau RME adalah teori pembelajaran yang bertitik tolak dari hal-hal yang riil atau pernah dialami siswa, menekankan keterampilan proses, berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri (student inventing) sebagai kebalikan dari (teacher telling) dan pada akhirnya menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan masalah baik secara individu maupun kelompok dalam kehidupan mereka sehari- hari.
Sementara menurut Streefland (1991) prinsip utama dalam belajar mengajar yang berdasarkan pada pengajaran realistik adalah:
a. Constructing and Concretizing
Pada prinsip ini dikatakan bahwa belajar matematika adalah aktivitas konstruksi.
b. Levels and Models
Belajar konsep matematika atau keterampilan adalah proses yang merentang panjang dan bergerak pada level abstraksi yang bervariasi.
c. Reflection and Special Assignment
Belajar matematika dan kenaikan level khusus dari proses belajar ditingkatkan melalui refleksi.
d. Social context and interaction
Belajar bukan hanya merupakan aktivitas individu, tetapi sesuatu yang terjadi dalam masyarakat dan langsung berhubungan dengan konteks sosiokultural.
e. Structuring and interwining
Belajar matematika tidak hanya terdiri dari penyerapan kumpulan pengetahuan dan unsur-unsur keterampilan yang tidak berhubungan, tetapi merupakan kesatuan yang terstruktur.
Pada dasarnya prinsip atau ide yang mendasari Pendidikan Matematik Realistik Indonesia (PMRI) adalah situasi ketika siswa diberi kesempatan untuk menemukan kembali ide-ide matematika. Berdasarkan situasi realistik, siswa didorong untuk me,ngonstruksi sendiri masalah realistik, karena masalah yang dikonstruksi oleh siswa akan menarik siswa lain untuk memecahkannya. Proses yang berhubungan dalam berpikir dan pemecahan masalah ini dapat meningkatkan hasil mereka dalam masalah.

LANGKAH- LANGKAH
Langkah 1: Memahami masalah kontekstual
Guru memberikan masalah (soal) kontekstual dan siswa diminta untuk memahami masalah tersebut. Guru menjelaskan soal atau masalah dengan memberikan petunjuk/saran seperlunya (terbatas) terhadap bagian-bagian tertentu yang dipahami siswa.
Langkah 2: Menyelesaikan masalah kontekstual
Siswa secara individual disuruh menyelesaikan masalah kontekstual pada Buku Siswa atau LKS dengan caranya sendiri. Cara pemecahan dan jawaban masalah yang berbeda lebih diutamakan. Guru memotivasi siswa untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan penuntun untuk mengarahkan siswa memperoleh penyelesaian soal.. Guru diharapkan tidak memberi tahu penyelesaian soal atau masalah tersebut, sebelum siswa memperoleh penyelesaiannya sendirikarakteristik ke-2, menggunakan model.
Langkah 3: Membandingkan dan mendiskusikan jawaban
Siswa diminta untuk membandingkan dan mendiskusikan jawahan mereka daIam kelompok kecil. Setelah itu, hasil dari diskusi itu dibandingkan pada diskusi kelas yang dipimpin oleh guru.
Langkah 4: Menarik Kesimpulan
Berdasarkan hasil diskusi kelompok dan diskusi kelas yang dilakukan, guru mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan tentang konsep, definisi, teorema, prinsip atau prosedur matematika yang terkait dengan masalah kontekstual yang baru diselesaikan. Karakteristik PMRI yang muncul pada langkah ini adalah menggunakan interaksi antara guru dan siswa.






B.     Kesulitan dan kemudahan Implementasi Model pembelajaran menggunakan PMRI
Implementasi model pembelajaran PMRI di kurikulum Sekolah Dasar termasuk baik dan dapat diterapkan dengan mudah karena Pembelajaran matematika realistik memberikan pengertian yang jelas kepada siswa tentang kehidupan sehari-hari dan kegunaan pada umumnya bagi manusia dan memberikan pengertian yang jelas kepada siswa bahwa matematika adalah suatu bidang kajian yang dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh siswa, tidak hanya oleh mereka yang disebut pakar daIam bidang tersebut. Akan tetapi model pembelajaran ini tidak lepas pula dari kelemahan yaitu Pencarian soal-soal kontekstual yang memenuhi syarat-syarat yang dituntut dalam pembelajaran matematika realistik tidak selalu mudah untuk setiap pokok bahasan matematika yang dipelajari siswa, terlebih-lebih karena soal-soal tersebut harus bisa diselesaikan dengan bermacam-macam cara.Tidak mudah bagi guru untuk mendorong siswa agar bias menemukan berbagai cara dalam menyelesaikan soal atau memecahkan masalah.Tidak mudah bagi guru untuk memberi bantuan kepada siswa agar dapat melakukan penemuan kembali konsep- konsep atau prinsip- prinsip matematika yang dipelajari.
C.   Ide Pembelajaran mengenai model pembelajaran pada kurikulum Sekolah Dasar
Model Pembelajaran PMRI akan mudah digunakan jika menyangkut dengan materi-materi tentang bangun-bangun datar, bangun ruang dapat dengan menggunakan barang disekitar siswa, misalnya almari mereka dirumah yang berbentuk balok dan lain-lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar